Tanggal 23 September ditetapkan sebagai Yaum al-Wathan atau National Day Kerajaan Arab Saudi.
Hari tersebut merupakan hari di mana Kerajaan Arab Saudi berdiri, tepatnya tanggal 23 September 1932, setelah Raja Abdulaziz menyatukan Hijaz dan Nejed pada 18 September 1932.
BACA: Sejarah Najd dan Hubungannya dengan Daulah ‘Utsmaniyyah
BACA: “Wahabi” Memberontak Terhadap Khilafah Turki Utsmani?
Kibar Ulama Arab Saudi dari masa ke masa berpandangan sama, bahwa merayakan Hari Nasional adalah perkara baru yang diada-adakan (bid’ah).
Fatwa Lajnah Daimah bilMamlakah al-Arabiyah al-Su’udiyah yang kala itu dipimpin Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, rahimahullah, menyampaikan jawaban bahwa “al-‘Ied,” istilah yang dikenal sebagai tradisi berkumpul-kumpul, baik setiap tahun, bulan, atau mingguan.
Di antara “al-‘Ied” tersebut adalah Idul Fitri dan Hari Jum’at, terdapat acara berkumpul-kumpul pada dua hari tersebut. Di dalamnya ada aktivitas ibadah dan tradisi.
Hari Id tersebut, dimaksudkan untuk ibadah, mendekatkan diri kepada Allah, pengagungan dan berharap pahala.
Jika tidak dimaksudkan untuk ibadah, maka perayaan yang diulang-diulang seperti National Day, menyerupai atau mengikuti (tasyabuh) tradisi kaum kafir.
Meskipun demikian, pemerintah Saudi tetap mengadakan perayaan Yaum al-Wathon sebagai sarana pemersatu dan pengingat bagi rakyatnya.
Beberapa tokoh dan da’i di Arab Saudi juga ada yang berpendapat bolehnya perayaan tersebut, meskipun kemudian didebat oleh ulama lainnya.
Diskusi terkait hukum peringatan Hari Nasional, seperti juga Hari Ibu atau memperingati hari-hari lainnya di Arab Saudi, melahirkan beberapa artikel ilmiah yang bermanfaat.
Di antaranya yang ditulis oleh Dr. Abdullah bin Sulaiman Al Mahnaa, anggota Jum’iyah al-Fiqhiyah al-Su’udiyah.
Dalam artikelnya yang terbit di islamway.net, Syaikh Abdullah membantah secara ilmiah dan penuh adab atas pendapat Syaikh Abdul Aziz al-Fawzan terkait perayaan National Day.
Selain membahas secara komprehensif dari sudut bahasa dan terminologi, beliau menulis dalam poin keenam:
Tidak ada bid’ah temporal bagi umat Islam kecuali mereka meniru orang-orang kafir. Asal mula keburukan datang kepada kita adalah dari meniru dan mengikuti orang-orang kafir. Seperti ulang tahun, perayaan tahun baru hijrah, Isra Mi’raj dan Hari Nasional. Semua ini sama seperti perayaan hari lahir Kristus, peringatan tahun baru, pesta Paskah bagi kaum Nashara dan festival bagi Majusi.
*) Mohammed Fachri, Wapemred Saudinesia
Konten Terkait
Video: Ini Pendapat Anggota Kibar Ulama Saudi Terkait Ucapan Tahun Baru Hijriyah
Syekh Abdul Salam Al-Sulaiman, anggota Kibar Ulama Arab Saudi, mengatakan bahwa selamat tahun baru Hijriah
Aidh Al-Qarni Menyerang Erdogan, Membongkar Hakekatnya
Da’i masyhur asal Arab Saudi, Aidh Al-Qarni, menyerang sangat tajam kepada Presiden Turki, Recep Tayyip
Siapa Sebenarnya yang Dimaksud Wahabi?
Menurut sejarah, walau sebagian masih ada yang menafikan kenyataan ini, istilah Wahabi dibuat fobia oleh
Sejarah Najd dan Hubungannya dengan Daulah ‘Utsmaniyyah
Berawal dari dakwah yang dikembangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu, negeri Najd dan sekitarnya
Hujjah dan Pedang
Islam ini akan tegak dengan hujjah dan pedang. Apabila hujjah telah disampaikan tentang pentingnya tauhid