Pada pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB, Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz, menyampaikan pidatonya untuk menegaskan kembali dukungannya yang tak tergoyahkan untuk Palestina.
Raja Salman meneguhkan kembali dukungan atas negara Palestina dengan al-Quds Timur sebagai ibu kotanya, sebelum pembicaraan perdamaian dengan Israel.
Raja Salman menangani masalah ini dengan hati-hati, di satu sisi dia tetap mengapresiasi segala upaya perdamaian, tetapi di sisi lain, kata-katanya dipandang sebagai penolakan terhadap kesepakatan damai UEA-Bahrain dengan Israel baru-baru ini.
Prakarsa perdamaian Arab tahun 2002, yang dibuat oleh Arab Saudi hasil koordinasi dengan para pemimpin Palestina, menawarkan normalisasi hubungan dengan Israel dengan syarat penarikan penuh Israel dari wilayah Palestina ke perbatasan sebelum tahun 1967.
Raja Salman mengatakan kesepakatan tahun 2002 adalah dasar sebagai “solusi yang komprehensif dan adil” yang akan menjamin hak-hak warga Palestina atas kenegaraan.
Dia juga menyatakan bahwa kesepakatan Perdamaian Arab 2002 akan “memastikan bahwa rakyat Palestina mendapatkan hak-hak mereka yang sah di garis depan, dengan mendirikan negara merdeka dan al-QudsTimur sebagai ibukotanya”
Raja Salman mengatakan “Kami mendukung upaya pemerintah AS saat ini untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah, dengan membawa Palestina dan Israel ke meja perundingan untuk mencapai kesepakatan yang adil dan komprehensif.”
Pada tahun 2019, Arab Saudi menolak rencana perdamaian Presiden Trump. Pemerintah Arab Saudi mengatakan “Kebijakan Kerajaan telah dan tetap mendukung Rakyat Palestina, dan ini telah dikomunikasikan kepada Pemerintah AS.”
Pada tahun 2015 Raja Salman berkata, dalam salah satu pidato pertama kepada rakyatnya, saat dia menjadi Raja, “Pertahanan atas tujuan Arab dan Islam -di atasnya adalah hak sah rakyat Palestina atas sebuah negara, dengan al-Quds sebagai ibukotanya, akan tetap menjadi prioritas teratas Arab Saudi “
Iran dan Terorisme
Pidato Raja Salman banyak menoroti terorisme dan Iran. Di antaranya, dia mengingatkan PBB bahwa pada 2019 Iran telah mengebom fasilitas minyak Arab Saudi.
Dia mengatakan ini adalah “pelanggaran hukum internasional yang mencolok”.
Dia juga menyebutkan bagaimana Houtsi yang didukung Iran telah menargetkan Arab Saudi dengan “lebih dari 300 rudal balistik dan lebih dari 400 drone bersenjata (UAV)”
Raja Salman kemudian merinci, bahwa dalam menanggapi tawaran perdamaian dari Arab Saudi, “Iran mengeksploitasi upaya ini untuk mengintensifkan kegiatan ekspansionisnya, menciptakan jaringan teroris, dan menggunakan terorisme.”
“Tidak menghasilkan apa-apa selain kekacauan, ekstremisme, dan sektarianisme,” sambung Raja Salman.
“Solusi parsial dan peredaan” Iran tidak menghentikan ancamannya terhadap perdamaian dan keamanan internasional, itu mengapa pemerintah Arab Saudi sekarang percaya pada pendekatan yang tegas.
Raja Salman juga menyebutkan upaya Arab Saudi melawan Covid-19, di mana dia telah menjanjikan $500 juta untuk memerangi pandemi dan bagaimana Kerajaan dalam 3 dekade terakhir telah memberikan bantuan senilai $86 miliar ke 81 negara.
Dia juga membidik bagaimana Houtsi yang didukung Iran telah mencegah bantuan menjangkau orang-orang Yaman dan bagaimana mereka “menolak upaya untuk meredakan situasi” ketika mereka menolak tawaran gencatan senjata pada April 2020 untuk memerangi Covid-19.[]
Sumber: muslimworldjournal
Konten Terkait
Angan-angan Mereka Agar Saudi Mengakui Israel
Sifat munafik bukanlah monopoli suatu zaman, tetapi dia ada dan tumbuh di setiap waktu, sebagaimana
Rapat Kabinet Arab Saudi Tegaskan Kembali Dukungan Untuk Palestina
Dalam rapat kabinet, Selasa (15/9) malam tadi, Arab Saudi kembali menegaskan dukungannya terhadap kemerdekaan rakyat
Khutbah Jum’at Syaikh Sudais Yang Dipelintir Media Ikhwanul Muslimin
Media Ikhwanul Muslimin (IM), termasuk MiddleEastEye (MME), menuduh Syaikh Abdurrahman As-Sudais berbicara tentang normalisasi Arab
Tuduhan Arrahmahdotcom Arab Saudi Tanpa Dasar
Akun IG arrahmahdotcom memposting beberapa tuduhan terhadap Arab Saudi, meski tanpa bukti. Terkait normalisasi Normalisasi
Syarat Saudi Damai Dengan Israel dan “Trio Penghancur” Palestina
Uni Emirate Arab (UEA) mengejutkan kami atas kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel, untuk