Selain itu, ada ketidakcocokan antara supply and demand pada Islamic financial
Jakarta – Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Nusantara Tbk (BSI) Bob Tyasika Ananta mengungkapkan bahwa literasi lalu inklusi perbankan syariah masih berubah jadi tantangan untuk BSI di mengembangkan habitat halal di dalam Indonesia.
Bob menyebutkan, survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam tahun 2022, inklusi perbankan syariah masih berada pada nomor 12,12 persen dan juga literasi perbankan syariah pada nomor 9,14 persen. Angka ini jarak jauh tertinggal dibandingkan inklusi dan juga literasi perbankan secara umum yang per individu dalam hitungan 85,1 persen kemudian 49,68 persen.
“Selain itu, ada ketidakcocokan antara supply and demand dalam Islamic financial. Di sisi supply, belum berbagai layanan perbankan syariah yang dimaksud dapat dimanfaatkan oleh pelaku sektor halal. Di sisi permintaan, masih banyak pelaku lapangan usaha halal yang belum mengetahui barang juga layanan perbankan syariah,” kata Bob melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Pada 20-23 Juni yang mana lalu, BSI menyelenggarakan International Expo yang digunakan salah satunya bertujuan untuk mengintensifkan literasi kemudian meningkatkan inklusi perbankan serta keuangan syariah.
Melalui rangkaian seminar juga talkshow di dalam acara tersebut, BSI berharap dapat membantu masyarakat meningkat pengetahuan tentang ekosistem syariah mulai dari perbankan syariah, pendidikan, hingga produk-produk halal.
BSI mencatat, expo berskala internasional selama empat hari ini telah terjadi dikunjungi oleh lebih banyak dari 52.000 pengunjung dengan nilai operasi ke menghadapi Rp2 triliun atau melampaui dari target.
BSI International Expo 2024 melibatkan tenant peserta dari pada juga luar negeri, khususnya pelaku UMKM, dengan total sebanyak 265 tenant. BSI juga mencatat, business matching di acara ini menciptakan total besar proses sebesar Rp290 miliar.
Nominal untuk business matching yang disebutkan diraih melalui jumlah keseluruhan kesepakatan atau NoA (Number of Agreements) sebanyak 63. Adapun negara selama pembeli (buyer) yang dimaksud melakukan kesepakatan (deal) melalui business matching seperti, Mesir, Saudi Arabia, Filipina, Uni Emirat Arab, lalu Lithuania.
Pencapaian perusahaan pada sektor pembiayaan bidang halal, catat BSI, terdapat kesepakatan senilai Rp1,8 triliun untuk korporasi di merancang rantai nilai (value chain) dari hulu ke hilir.
Untuk sektor properti, total jumlah operasi mencapai Rp85 miliar dengan 33 total transaksi. Sedangkan sektor otomotif mencatatkan total besar operasi mencapai Rp21 miliar dengan 63 kesepakatan.
Industri halal travel juga mencatatkan keberhasilan dengan total jumlah operasi Rp14,5 miliar serta 262 kesepakatan. Bagian pembangunan ekonomi juga berubah menjadi salah satu yang diminati oleh pengunjung, pada Gold Island, dengan akumulasi besar operasi mencapai Rp1,9 miliar kemudian 215 kesepakatan.
Artikel ini disadur dari Wadirut BSI: Literasi-inklusi perbankan syariah masih jadi tantangan